Tiup Lilinnya !
Tradisi merayakan ultah dipercaya berasal dari Eropa sekitar tahun 300 SM. Saat itu bangsa Romawi percaya bahwa bila seseorang ultah, roh-roh jahat akan mendatanginya. Untuk berlindung dari roh jahat, kita yang ultah harus mengundang keluarga dan teman untuk menemani. gunanya agar mereka memberi doa dan hadiah agar kita bahagia. Suasana hangat konon membuat roh jahat malas mendekati.
DARI NEGARA KE NEGARA
Meski tambah tua, nggak sepantasnya ultak bikin kita sedih. makanya, di beberapa negara, ultah dirayakan dengan suka cita, bahkan unik. Di Meksiko, kita yang ultah mendapat hadiah pinata, boneka binatang dari adonan kertas berisi permen dan cokelat. Kita harus memukul pinata dengan kayu sekeras-kerasnya. Syaratnya, mata harus ditutup.
Beda lagi di Atlanta, AS. Hidung orang yang ultah bakal dilumuri mentega. Maksudnya, hidung licin bikin kita susah didekati roh jahat. Sedangkan di China, yang berulang tahun akan disuguhi mie untuk makan siang dan dapat uang dari orang tua.
Di Irlandia, kita bakal diangkat beramai-ramai lalu dibalikkan dengan posisi kepala di bawah. Kepala kita akan dibenturkan (pelan-pelan) ke lantai sebanyak umur kita saat itu. Di Nepal, dahi kita akan dilumuri pewarna sebagai tanda keberuntungan.
Perayaan di negara Indonesia juga gak kalah seru. Sejak lama orang Jawa dan Betawi menghidangkan nasi kuning untuk pesta ultah. Bentuk kerucut tumpeng menandakkan wilayah bumi yang terdiri atas laut (air), udara, dan tanah.
Dikutip dari Majalah CC
Huruf Braille, Huruf Penyelamat
Sistem Braille ditemukan oleh Louis Braille dari Perancis. Braille buta karena matanya terkena pisau sewaktu ayahnya memotong kulit. Braille mendapat inspirasi membuat sistem Braille dari Kapten Charles Barbier, seorang mantan perwira pasukan Napoleon. Ketika perang, Barbier menciptakan tulisan malam (night writing) yang terdiri atas titik - titik dan garis timbul yang digunakan untuk perintah-perintah militer pada malam hari dengan cara merabanya. Braille melakukan penelitian dan menyadari bahwa tunanetra lebih peka terhadap titik timbul dibandingkan garis timbul. Braille menciptakan huruf Braille hanya menggunakan titik timbul dan menetapkan enam titik domino sebagai kerangka sistem tulisan. Beberapa dari enam titik itu divariasikan letaknya sehingga bisa membentuk 63 macam kombinasi yang cukup untuk menggambarkan abjad, angka, tanda baca, matematika, musik, dsb.
Louis Braille diangkat menjadi guru di L'Institution Nationale des Jeunes Aveugles. Sistem Braille ini pertama kali digunakan di tempat Braille mengajar. Salah satu penentang tulisan Braille adalah Dr. Dufau. Tulisan ini tidak disetujui karena dianggap berbeda dengan tulisan pada umumnya dan tidak masuk akal. Meski ditentang, para murid justru ingin belajar dengan huruf Braille. Mereka menganggap huruf Braille dapat membantu mereka berkembang dengan cepat.
Braille wafat pada 6 Januari 1852. Beberapa bulan setelah ia wafat, ciptaan Braille tersebut akhirnya diakui secara resmi dan mulai berkembang luas hingga negara-negara lain. Akhir abad ke 19, sistem tulisan ini diakui secara universal dengan nama "tulisan Braille".